Sabtu, 04 Desember 2010

PUNCAK PERANCIS

Puncak Perancis

Inilah Potret Desa, dimana saya memijak bumi dan menjunjung langit saat ini. Memang, tak ada kata yang cocok untuk diucapkan tentang tempat ini. Tanah kering, air pun sulit dijangkau, namun disinilah para penduduk mematuki batu-batu untuk sekedar mendapatkan seikat sayur dan seonggok ubi.

Sungguh ironis jika banyak orang mengatakan bahwa Kalimantan Timur merupakan Propinsi yang kaya. Dimana banyak perusahaan menggali tambang batu bara, sedangkan kenyataannya banyak rakyatnya yang miskin, tinggal digubug-gubug dengan atap dari jalinan nipah atau ilalang. Banyak perusahaan besar menghisap minyak bumi, tetapi rakyat mengeluh, tidak ada bensin untuk motor dan genset mereka.

Puncak ini, dimana saya mengambil foto ini, rupanya juga menjadi tempat yang cukup ironis. Dengan indah, para muda-mudi menyebutnya sebagai PUNCAK PERANCIS, karena, -katanya- puncak ini memiliki keindahan 10 kali lipat dibanding tempat-tempat wisata di Eropa, bahkan memiliki pesona yang eksotik 2 kali lipat dari menara Eiffel. Kenapa? karena hanya tempat inilah yang dapat mereka jangkau untuk memadu kasih, mengucapkan janji setia, atau nge-gombal sambil meraba.

Memang, dengan akal sehat pun, saya 200% setuju dengan ungkapan mereka, karena memang tidak sedikit para anak muda disini yang tidak bisa / tidak mau menjangkau tempat lain. Dan oleh karena alasan itulah, maka tempat ini menjadi tempat yang paling banyak diminati. Entah mereka sekedar berjalan-jalan sambil bercanda, atau bercengkrama mesra sambil meraba, atau bahkan yang lebih dari pada itu.

Bukan menjadi rahasia lagi akan hal itu. Karena memang demikianlah budaya masyarakat asli disini. Dan menurut Anda, baik atau buruk... Saya tetap mencintai Desa ini, walaupun sepi menyelimuti.... karena hanya sepi yang mampu menghisap dendam dan sakit hati...

2 komentar: